Skip to main content

Ibu... betapa bahagia nya diriku bisa melihat wajah mu kembali saat aku pulang ke kampung halaman


Yach..sudah 2 hari sejak kembali dari kampung halaman. Alhamdulillah, masih bisa pulang ke kampung halaman berkat long weekend di awal bulan kemarin. Rasanya bahagia sekali akhirnya bisa memecahkan celengan rindu yang rasanya sudah hampir meledak. Bertemu dengan keluarga tercinta yang selalu menyambut dengan perasaan bahagia saat kepulangan ku adalah sesuatu yang tak dapat dinilai dengan uang. Perkataan seorang teman bahwa "Pantang pulang sebelum sukses" membuatku merinding setengah mati. Betapa tidak, suasana kampung halaman tercinta yang merupakan simbol segala ketenangan dan kedamaian menjadi pengobat lelah dan letih ku setelah berjuang di tanah perantauan. Dan yang kutau pasti, ayah dan ibuku juga sangat merindukan kehadiran ku. Bisa berbincang bersama mereka, menceritakan pengalaman ku di tanah rantauan, dan mendengar keluh kesah mereka saat aku tak ada seringkali membuat hatiku bergetar dengan suasana dingin yang serasa menjalar ke seluruh sistem sarafku. Betapa aku ingin tetap berada di rumah ku yang hangat, tempatku tumbuh besar dimana kenangan - kenangan masa kecil terukir jelas, menyaksikan adik-adik ku tumbuh, serta menemani masa tua ayah dan ibuku. Tetapi ayah dan ibuku senantiasa mengingatkan agar aku belajar mandiri, berdiri diatas kaki sendiri, berjuang mengejar mimpi-mimpi yang telah kurajut sejak kecil. 

Hah... andai bisa aku membagi dua diriku. Yang satu bergerak dan berlari mengejar mimpi sedang yang satunya lagi terus berada di sisi ayah dan ibuku, menemani mereka sepanjang hari, berbincang dengan mereka tiap hari, dan menyaksikan kerutan wajah dan uban yang bertambah di atas kepala mereka. Tetapi sayang itu tak akan bisa terjadi. Untunglah saat ini teknologi sudah semakin canggih, mendengar suara serak ibu yang menelpon sepulang kerja menanyakan apakah aku sudah makan atau belum sukses membuat butiran kristal tiba-tiba jatuh dari pelupuk mataku. Teringat dulu, betapa sering aku mengeluh pada Tuhan karena mempunyai ibu yang cerewet dan galak. Teringat sewaktu kecil, ibu akan memarahiku saat aku malas makan masakan buatan nya. Teringat dulu, aku sering berdoa agar aku punya kesempatan untuk pergi dari rumah dan hidup jauh dari mu agar aku tak perlu lagi mendengar suara mu yang melengking keras. Dan kini saat doaku di kabulkan oleh Tuhan, berada jauh dari rumah, dan hanya bisa mendengar suara mu dari seberang telepon, aku baru sadar bahwa suara itu begitu merdu dan menenangkan. Ada perasaan bahagia bercampur haru saat mendengar ibu berbicara lewat telepon menanyakan kabarku? dan kapan lagi aku punya kesempatan untuk pulang ke rumah.

Yah.. dan syukurlah kesempatan untuk pulang ke rumah kembali masih bisa kulakukan. Saat sampai di rumah, ibu akan menanyakan menu makanan apa yang ingin aku makan? Ibu merasa miris melihat tubuhku yang semakin kurus kering. Dan saat aku dengan lahapnya menyantap masakan ibu yang sangat sederhana dengan menu sayur bayam bening dan tahu tumis santan, ibu akan tersenyum heran dan bertanya lagi Apa kau tak pernah makan saat disana?. Dan aku hanya tersenyum manis sambil terus melanjutkan makan ku dengan lahap. Dan berkata dalam hati "Aku bukan tak pernah makan bunda, hanya saja masakan bunda yang sangat sederhana ini adalah surga bagiku. Seolah ini baru pertama kalinya aku menikmati menu makanan terlezat di dunia"


Sehari, dua hari, tiga hari berada di rumah benar-benar membuatku lupa tentang kepenatan dan rasa bosan yang seringkali datang saat melalui hari-hari yang melelahkan di tanah perantauan. Ingin rasanya tiap detik ku di rumah bisa kurekam agar esok saat aku berada di tanah perantauan dan sangat rindu pulang ke rumah tetapi situasi dan kondisi belum mengijinkan, aku bisa memutar kembali rekaman itu sebagai pengobat rindu.

Ibu...doakan aku selalu agar disini dimana pun aku berpijak, aku tetap kuat dan tak pernah menyerah mengejar mimpi-mimpiku. Terutama membawakan kebahagian untuk mu dan mewujudkan mimpi-mimpimu yang tak sempat kau kejar dulu. 

Dan mengutip quote dari Novel "Home" karya Iva Afianty:

"Rumah itu adalah sebuah tempat dimana sejauh-jauhnya kita pergi, kita kan selalu rindu pulang padanya. Sebab hanya disana, keletihan kita terobati"

Comments

  1. seharusnya, tulisan yg menyentuh ini dapat dijadikan bahan renungan bagi siapa yg jauh dr keluarganya.
    agar, senantiasa berusaha bagaimana menjaga hubungan keluarga menjadi semkin dekat.
    semakin saling menyayangi
    terimakasih sdh berbagi dan, jk mbaknya berkenan memberikan info foto ilustrasi itu di daerah mana ya..

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima Kasih sudah berkunjung ^_^
Silahkan meninggalkan komentar jika berkenan

Popular posts from this blog

Surat Noura untuk Fahri (AAC)

Kepada  Fahri Bin Abdillah, seorang Mahasiswa dari Indonesia yang lembut hatinya dan berbudi mulia     Assalamualaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh, Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa. Wahai orang yang lembut hatinya,      Entah dari mana aku mulai dan menyusun kata-kata untuk mengungkapkan segala sedu sedan dan perasaan yang ada di dalam dada. Saat kau baca suratku ini anggaplah aku ada di hadapanmu dan menangis sambil mencium telapak kakimu karena rasa terima kasihku padamu yang tiada taranya.      Wahai orang yang lembut hatinya,       Sejak aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendirian ti

JALAN JALAN KE PERPUSTAKAAN WILAYAH MAKASSAR Yuuk...

Yeay... Libur... Hari ini hari sabtu.. mestinya masih harus masuk kantor. Tetapi karena ahad kemarin masih harus kerja.. jadinya hari sabtu ini bisa libur... Yeay senang nya. Rencana nya mau pulang kampung, lumayan bisa dua hari di rumah. Bisa memecahkan celengan rindu yang rasanya sudah mau meledak.. tetapi gak jadi gara-gara harus menemani adik ku ujian masuk sebuah perguruan tinggi. Tiga tahun lalu aku juga masih ingat saat mengantarnya mengikuti tes Sekolah Menengah Atas. Sekarang dia sudah akan berstatus Mahasiswa. Sepertinya waktu berjalan sangat cepat. Aku dan adikku beda usia 8 tahun, melihat nya sebentar lagi akan masuk Kuliah, membuatku merasa sudah menjadi sangat tua. Aku gak tua tua amat kok... Iyakan? Jadi sementara adik ku mengikuti ujian, aku sibuk keliling-keliling kampus mencari perpustakaan, lumayan bisa berteduh sambil baca buku. Tetapi ternyata, eh ternyata perpustakaan kampus lagi gak buka kalo hari sabtu. Em... jadi saya harus nunggu dimana dong? Dan

Cerita tentang Perjalanan Pertamaku Keluar Negeri

Mimpi untuk jalan-jalan keluar negeri dimulai dari dua tahun yang lalu. Saat senior di tempat kerja yang biasa kupanggil Kak Ayu memberi oleh-oleh gantungan kunci perak bertuliskan Macau. Walaupun cuma gantungan kunci, aku senang bukan main. Karena dapat oleh-oleh dari luar negeri itu sangat langka buatku pribadi, hehehe. Akhirnya sejak saat itu, travelling keluar negeri selalu jadi resolusi di awal tahun. Dan Alhamdulillah tahun ini bisa terwujud yeay.... Sebelum keluar negeri, aku sudah pernah naik pesawat sekali. Dan itu bukan untuk jalan-jalan tetapi dalam rangka ikut test CPNS di Tangerang (Baca ceritanya disini) . Sejak saat itu, aku berharap bisa naik pesawat lagi. Naik pesawat itu rasanya seru,, hahahah mungkin karena jarang kulakukan, jadinya begitu sangat luar biasa untukku. Aku merasakan jantung dag dig dug saat pesawat tinggal landas, gendang telinga yang mendengung saat pesawat sudah mengudara lalu merasa excited luar biasa saat melihat cantiknya awan-awan yang